Sebuah
Usulan:
Kerinduan
akan Musik Religi
Hari jumat 14 April 2023
kemarin saya mengobati sebuah kerinduan dengan mendatangi Festival Musik Religi
JOGLOSEMAR yang diselenggarakan dioleh Nasyid Nusantara DIY bekerja sama dengan
beberapa pihak. Kerinduan akan musik-musik penuh makna, karena bagi saya,
itulah batasan yang selama berpuluh tahun saya perjuangkan ketika bergerak
bersama teman-teman munsyid (pelantun nasyid). Secara sederhana saya
mendefinisikan musik yang boleh saya dan keluarga nikmati adalah musik yang
memiliki nilai kebaikan, terlepas dari genre apa musik itu berasal. Kenapa saya
tulis yang boleh saya dan keluarga nikmati, karena jika memakai kata dengarkan
maka ada banyak musik yang terdengar oleh kami baik secara sengaja ataupun
tidak. Bagi saya nilai dalam sebuah musik merupakan salah satu alasan yang
membuat saya mendengarkan sebuah lagu atau tidak. Meski terkadang tetap terlena
juga dengan alunan musik yang begitu menghanyutkan meskipun nilai yang
ditawarkan merupakan keburukan, akan tetapi saya berusaha untuk terus menjaga
batas ini. Tolong tidak usah membahas apakah musik sama dengan lagu, apakah
musik itu hanya instrumen atau dengan syair, atau yang sejenisnya. Toh menurut
saya, sebenarnya Anda paham dengan apa yang saya maksudkan. Bagi saya, nilai
yang dihadirkan oleh sebuah musik perlahan akan berpengaruh pada cara kita
memilih kata, cara kita berpikir, cara kita memandang permasalahan. Ketika
nilai yang dihadirkan adalah sumpah serapah kepada orang tua misalnya, maka
kemungkinan begitulah cara kita memandang orang tua kita, bahkan mungkin dalam
suatu waktu kita akan memaki orang tua kita. Ketika nilai yang dihadirkan
adalah perselingkuhan atau cinta satu malam atau tukar pasangan atau yang
sejenis, maka jangan heran jika nilai-nilai tersebut menjadi sangat biasa dalam
kehidupan keseharian kita. Namun, ketika nilai yang dihadirkan adalah ajakan
agar senantiasa tersenyum kepada orang lain maka kemungkinan kita akan menjadi
tergerak untuk tersenyum kepada orang lain. Tentu tidak instan, ada banyak
faktor lain yang berpengaruh terhadap nilai yang kita miliki, yakini, dan
amalkan, akan tetapi apa yang kita dengarkan menjadi salah satu unsur yang
membentuk nilai-nilai tersebut.
Pemikiran saya tentang nilai
yang membentuk seseorang dari sebuah musik itulah yang menjadi penyemangat saya
selama puluhan tahun bertahan untuk terus peduli dengan jenis musik ini. Anda
bisa jadi merupakan orang yang sangat mulia akhlaknya, sangat dalam ilmunya,
akan tetapi terkadang mengalami kesulitan dalam menyampaikan semua hal tersebut
kepada orang lain. Ini baru menyampaikan. Bagaimana dengan mempengaruhi,
merubah?! Tentu masih lebih jauh lagi.
Musik bisa jadi merupakan salah satu jalan untuk memudahkan penyampaian nilai
kepada kalangan yang lebih luas.
Saya termasuk orang yang
beruntung karena masuk dalam generasi yang meskipun tidak terlalu awal
berkecimpung dalam dunia musik religi, akan tetapi sempat merasakan fase-fase
ketika musik ini tumbuh, berkembang, dan bahkan berbuah dengan sangat lebatnya.
Ketika sekolah-sekolah memiliki ekskul nasyid, shalawat, marawis. Ketika
kampus-kampus semarak dengan konser-konser nasyid, shalawat, marawis, dan musik
religi. Ketika hampir setiap tahun muncul lagu-lagu religi yang menjadi hits
dikalangan masyarakat luas. Lalu kami menua, kurang produktif, dan mungkin saat
yang bersamaan muncul kejenuhan dimasyarakat luas terhadap musik religi. Hingga
tiba-tiba saya terhenyak ketika menghadiri acara yang saya sebutkan diawal
tulisan ini. Acara yang menghadirkan begitu banyak personil musik religi dari
berbagai kota, yang beberapa diantaranya merupakan musisi terkenal dalam
komunitas musik ini diwilayah Yogyakarta bahkan nasional. Namun, tidak terlihat
para penikmat musik religi berdatangan menghadiri acara tersebut. Orang-orang
yang lalu-lalang pun seperti asing dengan acara yang berlangsung. Saya dan
istri yang hadir dalam acara tersebut hanya bisa berbagi kesedihan dan
nostalgia tentang kejayaan masa lalu.
Setelah pulang, saya merenungi
dan menelaah satu-persatu berbagai rekaman yang muncul dalam ingatan tentang
apa yang saya lihat malam itu. Beberapa catatan akan saya tuliskan sekedar
sebagai usulan perbaikan bagi kita semua yang berkecimpung atau pernah
berkecimpung dalama dunia musik religi. Catatan ini tentu sangat parsial,
mungkin lain kali bisa saya tambahkan, atau ditambahkan oleh pihak lain. Saya
berharap catatan ini masuk sebagai hal yang diajarkan ketika melakukan
pembinaan musik religi, baik itu melalui ekskul ataupun remaja masjid atau
asosiasi atau melalui jalan apapun. Secara skil, para pelaku musik religi sudah
berkembang dengan sangat baik, dalam semua lini. Genre musik sudah sangat
beragam, teknik vokal meningkat, skil alat musik, bahkan kemampuan aransemen
juga sudah meningkat tajam. Namun, ada beberapa mentalitas atau adab yang
mungkin perlu ditanamkan dalam komunitas musik religi agar bisa kembali
mewarnai Indonesia dan bertahan dalam kondisi tersebut.
1. Berilah Dukungan
Banyak cara untuk
memberikan dukungan terhadap berkembangnya komunitas musik religi. Kuncinya
adalah niatkan untuk selalu mendukung. Jika niat ini sudah muncul maka biasanya
cara akan mengikuti. Ada yang bisa mendukung dengan menghadirkan musik religi
dalam acara-acara di kantor/sekolah/masjid/kegiatan yang dikelolanya. Ada yang
bisa mendukung dengan menjadi sponsor/donatur berbagai kegiatan musik religi,
mulai dari pembinaan hingga konser. Ada yang mendukung dengan sering memutar
musik religi bahkan mermpromosikan kepada orang lain. Hingga hal sederhana yang
saya lakukan kemarin, menghadiri konser.
Mungkin tidak
terlalu tepat, karena memang tidak spesifik, akan tetapi hadits di bawah ini
bisa menjadi pengingat bahwa menghadiri undangan, apalagi untuk kegiatan yang
menyebarkan nilai kebaikan, merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan dalam
Islam. Jadi jika kita mampu, maka usahakanlah untuk hadir. Hal ini juga berlaku
bagi para pelaku musik religi itu sendiri, bahwa ketika Anda tidak dimenjadi
pengisi suatu konser maka berusahalah untuk hadir, ajak orang lain untuk hadir,
karena ini bukan tentang kita saja, akan tetapi tentang menyebarkan nilai kebaikan
untuk peradaban yang lebih baik dan terus menjadi lebih baik.
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Hak muslim
kepada muslim yang lain ada enam.” Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam
bersabda, ”(1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya; (2) Apabila
engkau diundang, penuhilah undangannya; (3) Apabila engkau dimintai nasihat,
berilah nasihat kepadanya; (4) Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah
(mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan
’yarhamukallah’); (5) Apabila dia sakit, jenguklah dia; dan (6) Apabila dia
meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR. Muslim, no.
2162)
2. Saling Menghargai
Alangkah indahnya
jika kita bisa saling menghargai. Bagi kita yang bukan pelaku musik religi,
usahakan hadir disemua sesi, jangan hanya hadir ketika musisi kesukaan kita
hadir di atas panggung karena nasihat kebaikan itu bisa hadir dari musisi yang
manapun. Dan bagi pelaku musik religi, bisakah Anda menyabarkan diri untuk
melihat penampilan musisi lain sebelum dan sesudah penampilan Anda. Tindakan
ini tidak hanya akan membuat muncul rasa saling menghargai, juga akan membuat
silaturahim menjadi lebih terjaga, selain tentu saja karena semua orang
membutuhkan nasihat dari orang lain.
Lagi-lagi mungkin
atsar di bawah ini tidak terlalu spesifik bicara tentang menghadiri keseluruhan
sebuah acara, tetapi poin menghargai orang lain yang ditunjukkan oleh shahabat
Sufyan Ats Tsauri radhiyallahu ‘anhu (dan ada beberapa pernyataan sejenis dari
shahabat yang lain) bisa menjadi teladan yang baik bagi kita.
Berkata Sufyan Ats
Tsauri radhiyallahu ‘anhu "Sungguh seorang lelaki menyampaikan kepadaku
sebuah hadits yang sungguh aku telah mendengarnya sebelum dia dilahirkan oleh
ibunya. Maka adab yang baik menjadikanku mendengar darinya."
Saya ingin kita memulai dari
dua adab ini terlebih dahulu, agar komunitas musik religi menjadi lebih kuat,
lebih akrab, dan lebih jelas arah tujuannya. Komunitas ini memiliki dasar yang
sangat kuat, ada banyak Taman Al Quran, Sekolah Islam, Kampus Islam, Pesantren,
Majelis Taklim, Remaja Masjid, Dewan Masjid, dan lain sebagainya, tinggal
bagaimana kita membangun rasa saling mendukung dan saling menghargai. Jika ini
sudah terbangun, maka insya Allah perjuangan kita memperjuangkan musik yang
menghadirkan nilai kebaikan demi terbentuknya peradaban yang maju serta mulia
menjadi lebih mudah kita tapaki bersama.
Semoga Allah menyatukan hati
dan memudahkan langkah kita.
Sleman, 19 April 2023
M.
Aga S.
radionasyid.net